BAB II
PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi orang lain sehingga yang dipengaruhi mau mengikuti arahan sang
pemimpin (Nuskhi, 2012).
2.1 Pengertian
Kepemimpinan Menurut Para ahli
Menurut Tead;
Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau
seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada
kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai
tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
Menurut Young
(dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang
didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain
untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki
keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Menurut Veitthzsal Rivai (2004:36)
Kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain, baik di dalam
organisasi maupun di luar organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan
dalam suatu situasi dan kondisi tertentu.
Dari beberapa
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan
mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah
laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam
bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau
kelompok.
Kepemimpinan
adalah proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para anggota dalam hal
berbagai aktivitas yang harus dilakukan. Kepemimpinan merupakan hasil daripada
organisasi sosial yang telah terbentuk atau sebagai hasil dinamika daripada
interaksi sosial. Sejak mula kala terbentuknya suatu kelompok sosial, seseorang
atau beberapa orang di antara kelompok - kelompoknya melakukan peranan yang
lebih aktif daripada rekan-rekannya, sehingga orang tadi atau beberapa orang
tampak lebih menonjol daripada yang lainnya. Itulah asal mula timbulnya
kepemimpinan, yang kebanyakan timbul dan berkembang dalam struktur sosial yang
kurang stabil. Munculnya seorang pemimpin sangat diperlukkan dalam keadaan –
keadaan di mana tujuan daripada kelompok sosial yang bersangkutan terhalang
atau apabila kelompok tadi mengalami ancaman- ancaman dari luar. Dalam keadaan
demikianlah, agak sulit bagi warga – warga kelompok yang bersangkutan untuk
menentukkan langkah – langkah yang harus diambil dalam mengatasi kesulitan yang
dihadapinya.
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih
merupakan hasil dari proses perubahan karakter atau transformasi internal dalam
diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah
kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi
kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh,
ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada
lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam
organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin
bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu
yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari
proses internal dalam diri seseorang.
Munculnya
seorang pemimpin merupakkan hasil dari suatu proses yang dinamis yang sesuai
dengan kebutuhan – kebutuhan kelompok tersebut. Apabila dalam saat tersebut
muncul seorang pemimpin, maka kemungkinan besar kelompok tersebut akan
mengalami suatu disintegrasi. Sedangkan disintegrasi sendiri adalah suatu
keadaan yang terpecah belah dari kesatuan yang utuh menjadi terpisah-pisah.(Imam 1999)
Dalam pandangan
islam kepemimpinan tidak jauh berbeda dengan model kepemimpinan pada umumnya,
karena prinsip – prinsipnya dan sistem – sistem yang digunakan terdapat
beberapa kesamaan. Kepemimpinan dalam
islam pertama kali dicontoh oleh Rasulullah SAW, kepemimpinan Rasulullah tidak
bisa dipisahkan dengan fungsi kehadirannya. Prinsip dasr kepemimpinan beliau
adalah keteladanan. Dalam kepemimpinannya mengutamakan uswatun hasanah
pemberian contoh kepada para sahabatnya yang dipimpin. Rasulullah memang
mempunyai kepribadian yang sangat agung, hal ini seperti yang digambarkan dalam
Al-Qur”an :
Artinya : “Dan Sesungguhnya
kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
Dari
ayat diatas menunjukkan bahwa Rasulullah memang mempunyai kelebihan yaitu
berupa akhlak yang mulia, sehingga dalam hal memimpin dan memberikan teladan
memang tidak lagi diragukan. Kepemimpinan Rasulullah memang tidak dapat ditiru
sepenuhnya, namun setidaknya sebagai umat islam harus berusaha menteladani
kepemimpinan-Nya.
2.2
Gaya kepemimpinan
Pada tahun 1988, dalam bukunya, Management
of Organizational Behavior, Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard
mengemukakan Model Kepemimpinan Situasional. Di sini keberhasilan seorang
pemimpin dilihat dari tiga dimensi:
1.
Perilaku tugas (task oriented)
yang berbentuk bimbingan dan arahan.
2.
Perilaku hubungan (relationship
oriented) yang berbentuk dukungan sosio-emosional.
3.
Kematangan para bawahan, yang
menyangkut: kematangan kerja, able (kemampuan bekerja), dan willing
(kemauan bekerja).
Dalam mengintegrasikan ketiga
dimensi di atas, terdapat 4 (empat) kategori gaya kepemimpinan:
1.
Gaya Telling/Instructing ‑
dimana pemimpin memberitahukan apa yang harus dilakukan bawahan serinci mungkin
(tingkat kematangan rendah).
2.
Gaya Selling/Coordinating ‑
dimana pemimpin menjajakan atau mengkoordinasi tugas‑tugas yang harus dilakukan
bawahan (tingkat kematangan rendah‑sedang).
3.
Gaya Participating ‑
dimana pemimpin mengikutsertakan bawahan (tingkat kematangan sedang‑tinggi).
4.
Gaya Delegating ‑ dimana
pemimpin mendelegasikan tugas‑tugas kepada bawahan (tingkat kematangan tinggi).
Di samping itu, dalam model tersebut terdapat 4 (empat) jenis keputusan:
1.
Keputusan gaya Telling/Instructing
adalah keputusan yang dibuat oleh pemimpin.
2.
Keputusan gaya Selling/Coordinating
adalah keputusan yang dibuat oleh pemimpin dengan dialog dan/atau penjelasan.
3.
Keputusan gaya Participating
adalah keputusan yang dibuat oleh Pemimpin/Pengikut atau keputusan yang dibuat
oleh Pengikut dengan penguatan dari Pemimpin.
4.
Keputusan gaya Delegating
adalah keputusan yang dibuat oleh Pengikut.
Dengan demikian apabila suatu
perilaku pemimpin digunakan berkaitan dengan tingkat kematangan yang sesuai,
akan membentuk pasangan yang kemungkinan tinggi.
Berkaitan dengan
gaya kepemimpinan tentu yang terbaik bilamana kita dapat mengikuti sunatullah,
sebagaimana firman allah dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 119, yang berbunyi :
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad)
dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan
kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni
neraka.”
Ayat diatas menegaskan bahwa allah mengutus
Muhammad dengan kebenaran. Kebenaran itu ialah suatu yang kokoh kuat lagi pasti
tidak menyesatkan orang – orang yang menganutnya bahkan membahagiakannya dan
tidak sedikit pun mempunyai unsur – unsur keraguan – raguan apalagi kebatinan.
2.3
Studi Kasus
Kepemimpinan Rasulullah SAW saat hijrah
1.
Nabi SAW (53
tahun) ahli aqidah
Dalam suatu
telaah terhadap seratus tokoh berpengaruh di dunia, Muhammad saw diakui sebagai seorang tokoh yang
paling berpengaruh dan menduduki rangking pertama. Ketinggian itu dilihat dari
berbagai perspektif, misalnya sudut kepribadian, jasa-jasa dan prestasi beliau
dalam menyebarkan ajaran Islam pada waktu yang relatif singkat. Kesuksesan
beliau dalam berbagai bidang merupakan dimensi lain kemampuan sebagai leader
dan manajer yang menambah keyakinan akan kebenaran Rasul. Dikatakan
leader karena beliau selalu tampil di muka, menampilkan keteladanan, dan
kharisma sehingga mampu mengarahkan, membimbing dan menjadi panutan. Dikatakan
manajer karena beliau pandai mengatur pekerjaan atau bekerja sama dengan baik,
melakukan perencanaan, memimpin dan mengendalikannya untuk mencapai sasaran.
Umat Islam memandang Muhammad saw
bukan hanya sebagai pembawa agama terakhir (Rasul) – yang sering disebut orang
sebagai pemimpin spiritual, tetapi sebagai pemimpin umat, pemimpin agama,
pemimpin negara, komandan perang, qadi (hakim), suami yang adil, ayah yang
bijak sekaligus pemimpin bangsa Arab dan dunia. Peran yang sangat komplek ini
telah diperankan dengan baik oleh Nabi Muhammad saw., sehingga menjadi dasar
bagi umatnya sampai akhir zaman. Hal ini menunjukkan bahwa peran Nabi Muhammad
saw. sebagai pemimpin umat sangat besar pengaruhnya. Perwujudan kepemimpinan
beliau dengan memberi pendidikan dan pengajaran yang baik kepada umat dengan
keteladanan yang baik (uswatun hasanah).
Pada dasarnya Islam memandang
bahwa setiap manusia merupakan pemimpin. Sehingga setiap umat Islam sebagai
pemimpin yang beriman harus berusaha secara maksimal untuk meneladani
kepemimpinan Rasulullah sebagai konkretisasi kepemimpinan Allah SWT., untuk itu
Allah SWT. memfirmankan agar mentaati Rasulullah, baik berdasarkan sabda dan
perilakunya, maupun diamnya beliau dalam menghadapi dan menyelesaikan berbagai
masalah kehidupan.
Hal ini sesuai dengan firman Allah surat An-Nisa’:64:
Artinya : “Dan Kami tidak mengutus seseorang Rasul melainkan untuk ditaati
dengan seizin Allah. Sesungguhnya Jikalau mereka ketika Menganiaya dirinya [313]
datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun
untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang.
[313]
Ialah: berhakim kepada selain Nabi Muhammad s.a.w.
Firman Allah di atas dengan jelas memerintahkan agar setiap umat Islam
mematuhi dan taat pada perintah Allah dan Rasulullah. Allah SWT juga
menerangkan bahwa setiap Rasul yang diutus oleh-Nya kedunia ini dari dahulu
sampai kepada Nabi Muhammad saw wajib ditaati dengan izin (perintah) Allah
karean tugas risalah mereka adalah sama yaitu untuk menujukan umat manusia
kejalan yang benar dan kebahgiaan hidup didunia dan akhirat.
Diterangkan pula dalam sebuah hadits bahwa Nabi Muhammad senantiasa
menganjurkan setiap orang untuk mentaati pemimpinya, selama mereka tidak
menyuruh berbuat maksiat dan kemungkaran terhadap Allah.
“Dari Abi Hurairah dari rasulullah sesungguhnya telah berkata : dia yang
tat kepadaku berarti mentaati Allah dan dia yang tidak patuh padaku berarti
tidak mentaati Allah. Dan dia yang mentaati Amir berarti mentaati Aku, dan yang
tidak mentaati Amir berarti tidak mematuhi aku” (HR. Muslim).
Baik dari surat An-Nisa’ ayat 64
maupun hadits diatas menerangkan bahwa kita diperintahkan untuk taat kepada
pemimpin yang harus disandarkan pada izin Allah, ini berarti setiap ketaatan
orang pada pemimpinya, rakyat pada pemerintah dan anak pada orang tua
semata-mata karena izin Allah.
Selanjutnya di bawah ini akan
diketengahkan usaha mencari dan menggali sesuatu yang dapat dan harus
diteladani dari kepemimpinan Nabi Muhammad saw. , yaitu:
1.
Kepribadian yang Tangguh
Nabi
Muhammad saw. adalah sosok yang sangat kuat baik pada masa kecilnya, dewasanya
bahkan sampai wafatnya menunjukkan sikap yang sangat kuat teguh pendirian
(istiqamah). Sejak pertamanya beliau tidak terpengaruh oleh kondisi masyarakat
di sekitar yang terkenal kebobrokan dan kejahiliahannya, menyembah berhala dan
patung. Kepribadian itulah yang menjadi dasar atau landasan yang kokoh bagi
seorang pemimpin, karena hal itu bermakna juga sebagai seseorang yang memiliki
prinsip hidup yang kokoh dan kuat.
2.
Kepribadian dan Akhlak Terpuji.
Kepribadian yang
terpuji ini memiliki beberapa sifat yang terhimpun dalam pribadi Nabi Muhammad
disebut sifat wajib Rasul meliputi shiddiq, amanah, tabligh
dan fathanah. Namun Rasul sebagai manusia pasti memiliki sifat jaiz,
yakni sifat-sifat kemanusiaan yang tidak menurunkan derajat atau martabat
beliau sebagai utusan Allah. Dalam sifat jaiz ini Rasul tidak dapat
menghindar dari ujian dan cobaan Allah SWT. seperti rasa sedih, sabar, dan
tabah.
Sifat wajib dan sifat
jaiz yang dimiliki Rasul tanpa memiliki sifat mustahil, sangat menunjang
pelaksanaan kepemimpinan yang beliau laksanakan. Dalam segala hal, akhlak Nabi
Muhammad adalah Al-Qur'an, dengan mengambil keteladanan dari kehidupan Nabi saw
berkaitan dengan pendidikan akhlak Nabi, beliau sendiri menegaskan dalam salah
satu hadits yang sudah dikenal luas dikalangan pengikutnya :
“Tidaklah aku diutus
kecuali untuk menyempurnakan akhlak.” (H.R. Ahmad).
Dari poin ini dapat
dipahami bahwa inti dari kepemimpinan pendidikan Nabi Muhammad adalah penanaman
dan pengembangan sistem akidah, ubudiyah dan muamalah yang berorientasi pada
akhlakul karimah.
3.
Kepribadian yang Sederhana.
Beliau memperlakukan
orang dengan penuh kesopanan dalam semua kesempatan. Setelah memperoleh
kemenangan beliau lebih sederhana, peramah dan pemurah hati, bahkan memberikan
maaf dan pengampunan pada musuh-musuhnya.
Kepemimpinan
Nabi Muhammad saw. berjalan di atas nilai-nilai Islam yang berhasil menanamkan
keimanan, ketakwaan, kesetiaan dan semangat juang untuk membela kebenaran dan
mempertahankan hak selain beroleh bantuan Allah SWT.
Ada beberapa kunci yang dapat
diteladani oleh umatnya, yaitu:
a. Akhlak Nabi yang terpuji tanpa cela.
b. Karakter Nabi yang tahan uji, tangguh, ulet, sederhana, dan bersemangat
baja.
c. Sistem dakwah yang menggunakan metode imbauan yang diwarnai dengan hikmah
kebijaksanaan.
d. Tujuan perjuangan Nabi yang jelas menuju ke arah menegakkan keadilan dan
kebenaran serta menghancurkan yang batil, tanpa pamrih kepada harta, kekuasaan
dan kemuliaan duniawi.
e. Prinsip persamaan.
f. Prinsip kebersamaan.
g. Mendahulukan kepentingan dan keselamatan pengikut.
h. Memberikan kebebasan berkreasi dan berpendapat serta pendelegasian
wewenang.
i. Tipe kepemimpinan karismatis dan demokratis.
Keberhasilan
Nabi Muhammad saw. dalam memimpin umat dikarenakan tingkah laku beliau yang
selalu berdasarkan Al-Quran dan ditunjang beberapa sifat yang melekat padanya. Adapun sifat utama yang melekat
pada diri pribadinya yaitu:
1) Kehormatan kelahirannya.
2) Bentuk dan potongan tubuh yang
sempurna.
3) Perkataan yang fasih dan
lancar.
4) Kecerdasan akal yang sempurna.
5) Ketabahan dan keberanian.
6) Tidak terpengaruh oleh
duniawi.
7) Hormat dan respek terhadap
dirinya.
2. Abu Bakar (51 tahun) ahli ekonomi
Abu
Bakar As Sidiq, salah satu khalifah terbaik sepanjang sejarah.Sepeninggal
Rasulullah SAW ia pun diangkat menjadi Khalifah.Di hadapan rakyatnya ia
mengucapkan sebuah pidato yangmerupakan pernyataan pertama setelah ia memangku
jabatan sebagai Khalifah. Setelah mengucapkan puji syukur kepadaAllah Abu Bakr radiallahu ‘anhu berkata:
” Saudara-saudara. Saya sudah terpilih untuk
rnemimpin kamu sekalian, dan saya bukanlah
orang yang terbaik di antara kamu sekalian.
Kalau saya berlaku baik, bantulah saya. Kebenaran adalah suatukepercayaan,
dan dusta adalah pengkhianatan. Orang yang lemah di kalangan kamu adalah kuat di mata saya, sesudah haknya saya berikankepadanya,
insya Allah, dan orang yang kuat buat saya adalah lemah sesudah haknya nanti
saya ambil ,insya Allah. Apabila ada golonganyang
meninggalkan perjuangan di jalan Allah, maka Allah akan menimpakan
kehinaan kepada mereka. Apabila kejahatan itu sudah meluaspada suatu golongan, maka Allah akan menyebarkan
bencana kepada mereka. Taatilah saya
selama saya taat kepada (perintah) Allah dan Rasul-Nya. Tetapi apabila saya melanggar (perintah)
Allah dan Rasulullah maka gugurlah
kesetiaanmu kepada saya. Laksanakanlah salat kamu,Allah akan merahmati
kamu sekalian.”
Ungkapan
Abu Bakar As Sidiq diatas sesungguhnya mencerminkan sebuah ketulusan,
keikhlasan, dan rasa tanggung jawab, serta sebuah kesadaran bahwa ia sebagai
pemimpin tidak akan berarti apa – apa jika tanpa dukungan orang
sekitarnya,posisi yang ia capai adalah wujud kepercayaan padanya. Abu Bakar As
Sidiq dengan keberanian dan keteguhan hatinya-pun mempersilakan rakyatnya
mengkritisinya, bahkan meninggalkannya jika ia (sebagai pemimpin) keluar dari
jalan kebenaran.
Pidato
Abu Bakar tersebut mengajarkan pada kita bahwa seorang yang berkuasa harus
selalu siap untuk dikritik, mendengarkan keluhan rakyatnya, bukan rakyat yang
selalu harus mendengarkan curhatan hatinya,kegalauannya,dan kecemasannya.
Lihatlah mereka yang hanya bisa beristirahat di bawah kolong jembatan,lihatlah
mereka yang bergelut dengan sampah, lihatlah mereka yang terbujur kaku karena
kelaparan, lihatlah…lihatlah…Semua mereka sesungguhnya sangat terancam, namun
mereka tiada mengeluh karena bisa jadi mereka sudah tahu tidak akan
didengarkan. Abu Bakar As Sidiq adalah seorang khalifah yang luar biasa
kepekaannya.Tiada berlebihan mencoba mentransfer nilai kepemimpinan beliau.
3.
Ali
Bin Abi Thalib (15 tahun) kekuatan Kecerdasannya/intelektualnya
Setelah Utsman ra. syahid,
Ali ra. diangkat menjadi khalifah ke-4. Awalnya beliau ra. menolak,
namun akhirnya beliau ra. menerimanya. Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanad
yang shahih dari Muhammad bin Al-Hanafiyah berkata: Sementara orang banyak
datang di belakangnya dan menggedor pintu dan segera memasuki rumah itu. Kata
mereka: "Beliau (‘Utsman
ra.) telah terbunuh, sementara rakyat harus punya khalifah, dan kami tidak
mengetahui orang yang paling berhak untuk itu kecuali anda (‘Ali ra.)". ‘Ali
ra. berkata kepada mereka: "Janganlah kalian mengharapkan saya, karena
saya lebih senang menjadi wazir (pembantu) bagi kalian daripada menjadi
Amir". Mereka menjawab: "Tidak, demi Allah, kami tidak mengetahui ada
orang yang lebih berhak menjadi khalifah daripada engkau". ‘Ali ra. menjawab: "Jika kalian tak menerima pendapatku dan
tetap ingin membaiatku, maka baiat tersebut hendaknya tidak bersifat rahasia,
tetapi aku akan pergi ke masjid, maka siapa yang bermaksud membaiatku maka
berbaiatlah kepadaku". Pergilah ‘Ali
ra. ke masjid dan orang-orang berbaiat kepadanya.”
A. BEBERAPA
KEUTAMAAN ‘ALI RA.
1.
Ali ra. adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan
anak-anak. Sebagian riwayat mengatakan bahwa saat masuk Islam, beliau ra. baru
berumur 10 tahun. Diriwayatkan oleh Ibnu
Sa’ad bahwa Al-Hassan bin Zaid bin Al-Hassan berkata:
Ali
tidak pernah menyembah berhala sama sekali karena dia memang masih
kecil. Saat hijrah RasuluLlah saw, ’Ali ra. dengan penuh keberanian,
tidur di atas tempat tidur RasuluLlah saw., sehingga para pengepung mengira
RasuluLlah saw. masih di dalam rumah, sedang beliau saw. telah meninggalkan
rumah tsb.
kecil. Saat hijrah RasuluLlah saw, ’Ali ra. dengan penuh keberanian,
tidur di atas tempat tidur RasuluLlah saw., sehingga para pengepung mengira
RasuluLlah saw. masih di dalam rumah, sedang beliau saw. telah meninggalkan
rumah tsb.
2. Ali adalah
salah satu dari 3 orang sahabat ra. yang melakukan
perang tanding satu lawan satu melawan 3 tokoh kafir Quraisy saat Perang Badar.
Ali ra. berkata: ‘Utbah bin Rabiah (dari Kafir Quraisy) maju diikuti putra (Al-Walid) dan saudaranya (Syaibah). Ia berseru: ‘Siapa mau bertarung?’ Kemudian ditampilkan kepadanya seorang pemuda Anshar. Ia bertanya: Siapa kamu?’ Maka mereka mengabarinya. ‘Utbah berkata: ‘Kami tidak membutuhkan kamu, tetapi kami inginkan putera-putera paman kami.’ Kemudian RasuluLlah saw, bersabda: ”Berdirilah, hai Hamzah! Majulah, hai ’Ali! Majulah hai ’Ubaidah bin Harits!” Kemudian Hamzah ra. menghadapi ’Utbah (dan berhasil membunuhnya) dan aku menghadapi Syaibah (dan membunuhnya). ’Ubaidah dan Al-Walid saling menyerang, masing-masing saling melukai lawannya, kemudian kami menyerang Al-Walid dan membunuhnya dan kami bawa Ubaidah.(HR. Abu Daud).
perang tanding satu lawan satu melawan 3 tokoh kafir Quraisy saat Perang Badar.
Ali ra. berkata: ‘Utbah bin Rabiah (dari Kafir Quraisy) maju diikuti putra (Al-Walid) dan saudaranya (Syaibah). Ia berseru: ‘Siapa mau bertarung?’ Kemudian ditampilkan kepadanya seorang pemuda Anshar. Ia bertanya: Siapa kamu?’ Maka mereka mengabarinya. ‘Utbah berkata: ‘Kami tidak membutuhkan kamu, tetapi kami inginkan putera-putera paman kami.’ Kemudian RasuluLlah saw, bersabda: ”Berdirilah, hai Hamzah! Majulah, hai ’Ali! Majulah hai ’Ubaidah bin Harits!” Kemudian Hamzah ra. menghadapi ’Utbah (dan berhasil membunuhnya) dan aku menghadapi Syaibah (dan membunuhnya). ’Ubaidah dan Al-Walid saling menyerang, masing-masing saling melukai lawannya, kemudian kami menyerang Al-Walid dan membunuhnya dan kami bawa Ubaidah.(HR. Abu Daud).